STATUS PADANG LAMUN DI GILI BELANG, KABUPATEN SUMBAWA BARAT
Abstract
Padang lamun merupakan ekosistem yang sangat penting, karena kemampuannya untuk menunjang perikanan, atau keterkaitannya dengan ekosistem-ekosistem pesisir lainnya seperti terumbu karang dan mangrove. Padang lamun berfungsi menstabilkan substrat yang lunak, sebagai peredam arus, sebagai tudung pelindung dari panas matahari yang kuat bagi penghuninya, serta daerah pembesaran nursery ground dan feeding groundbagi berbagai biota terutama herbivor di laut, seperti dugong dan penyu.. Gili Belang merupakan pulau mangrove terbesar di kawasan Gili Balu dan telah diusulkan menjadi kawasan utama konservasi (zona inti) dari kawasan KKP3K. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dasar terkait kesehatan lamun di Gili Belang, Pototano. Penelitian dilakukan pada bulan Juni dan Desember 2016, di daerah Gili Belang, Pototano, Kabupaten Sumbawa Barat (S 08â°31ââ¬â¢659ââ¬â¢Ã¢â¬â¢; E 116â°47ââ¬â¢270ââ¬â¢Ã¢â¬â¢). Lebar padang lamun pada zona intertidal Gili Belang sebagian besar berkisar pada 60-80m dari garis pantai, meskipun pada beberapa transek bisa dijumpai lebih dari 100m. Lamun dominan pada jarak 10-50m, kemudian mulai bercampur dengan karang pada jarak 50-80m, dan semakin sedikit hingga batas dominasi terumbu karang tepi pada jarak >80m. Hasil pengamatan menunjukkan padang lamun Gili Belang merupakan padang lamun yang tersusun dari 5 jenis, dengan jenis dominan Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides. Jenis lain yang ditemukan adalah Cymodocea rotundata, Halophila ovalis dan Halodule pinnifolia. Persentase penutupan lamun pada bulan Juni 2016 memiliki rerata 75.57% dan pada Desember 2016 turun menjadi 63,41%, (penurunan lebih bersifat musiman). Persentase penutupan lamun menunjukkan diatas 60% sehingga kondisi padang lamun di Gili Belang masih dalam kategori baik/sehat berdasarkan Keputusan MNLH, No. 200/2004.
Kata kunci : seagrass, padang lamun, gili belang, pototano, sumbawa