Strategi Pengembangan Dalam Mempertahankan Sikap Mental Positif Melalui Layanan Bimbingan Dan Konseling Mahasiswa Universitas Borneo Tarakan
Kata Kunci:
Pengembangan, Mempertahankan Sikap Mental Positif, Layanan Bimbingan dan Konseling, dan MahasiswaAbstrak
Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan formal mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendewasakan mahasiswanya, yang dijadikan sebagai manusia yang dewasa sebagai anggota masyarakat yang berguna dalam kehidupannya. Untuk tujuan tersebut perguruan tinggi menyelenggarakan kegiatan-kegiatannya melalui belajar mengajar dengan mengaplikasikan kurikulum sebagai arah dan isinya. Hal ini dapat dikatakan bahwa pendidikan sebagai suatu sistem yang mengemban misi untuk memungkinkan berkembangnya seluruh kepribadian manusia, dengan pengembangan penalaran individu sebagai salah satu kekuatan utamanya. Dalam perguruan tinggi atau universitas, layanan kehidupan mahasiswa dikonsentrasikan pada membantu mahasiswa baru menyesuaikan diri dengan kehidupan kampus (Williamson, 1961). Dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling kepada mahasiswa, dikarenakan banyaknya problem yang dihadapi oleh para mahasiswa dalam perkembangan studinya. Belajar di perguruan tinggi memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan belajar di sekolah lanjutan. Karakteristik utama dari studi pada tingkat ini adalah kemandirian, baik dalam pelaksanaan kegiatan belajar dan pemilihan program studi, maupun dalam pengelolaan dirinya sebagai mahasiswa. Seorang mahasiswa telah dipandang cukup dewasa untuk memilih dan menentukan program studi yang sesuai dengan bakat, minat, dan cita-citanya. Mahasiswa juga dituntut untuk lebih banyak belajar sendiri, tanpa banyak diatur, diawasi, dan dikendalikan oleh dosen-dosennya. Dalam mengelola hidupnya, mahasiswa dipandang telah cukup dewasa dalam mengatur kehidupannya sendiri pada umumnya, dan pada khususnya mahasiswa yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak.Referensi
Badaruddin, A. (2014). Langkah awal sistem konseling pendidikan nasional: analisis permendikbut no 111 tahun 2014. Jakarta: CV Abe Kreatifindo.
Corey, G. (2009). Teori dan praktek konseling & psikoterapi. Bandung: Rafika Aditama.
Gladding, S. T. (2012). Konseling: profesi yang menyeluruh. Jakarta: Indeks.
Goldberg, L.R. (1981). Language and indi-vidual differences: The search for universal in personality lexicons. Wheeler (ed.). Review of Personality and Social Psychology, 2, 141-165. Beverly hills, CA.: Sage Pub.
Goldberg, L.R. (1992). The development of markers for the Big-Five factor struc-ture. Psychological Assessment, 4, 26-42. doi:10.1037/1040-3590.4.1.26.
Goldberg, L. R. (1990). An alternative "description of personality": The big-five factor structure. Journal of Personality and Social Psychologs, 59, 6, 1216-1229.
Hartono, & Soedarmadji, B. (2012). Psikologi konseling. Jakarta: Kencana.
Helnonen, E. (2014). Therapists' professional and personal characteristics as predictors of working alliance and outcome in psychotherapy. Finland: Finnish University Print Ltd.
Irham, M., & Wiyani, N. A. (2013). Psikologi pendidikan; teori dan aplikasi dalam proses pembelajaran. Jakarta: Ar-Ruzz Media.
Latipun. (2011). Psikologi konseling. Malang: UMM Press.
Sedanayasa, G. (2014). Pengembangan pribadi konselor. Yogyakarta: Graha Ilmu.