Keanekaragaman dan Distribusi Formicidae di Hutan Wisata Sesaot, Lombok Barat NTB
DOI:
10.29303/jpm.v16i2.2468Published:
2021-03-03Issue:
Vol. 16 No. 2 (2021): Maret 2021Keywords:
Keanekaragaman, Distribusi, Formicidae, SesaotArticles
Downloads
How to Cite
Downloads
Metrics
Abstract
Hutan Wisata Sesaot merupakan kawasan wisata yang berbasis ekologi. Mempertahankan keberadaan sumberdaya hayati di kawasan perlu dilakukan supaya kegiatan wisata terjadi secara berkelanjutan. Salah satu sumberdaya hayati tersebut adalah formicidae. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis keanekaragaman dan distribusi spesies formicidae.àData dikoleksi dari sampel yang diambil di 2 stasiun yaitu stasiun 1 berada di jalan masuk utama kawasan hutan wisata Sesaot dan stasiun 1 berada di sebelah utara stasiun 1. Pembatas antara stasiun 1 dan stasiun 2 adalah sungai yang di jadikan tempat pemandian untuk pariwisata. Analisis keanekaragaman menggunakan indeks Shanon-Wienner, dan distribusi spesies diukur menggunakan indeks Morisita. Hasil menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman pada stasiun1 (Hââ¬â¢= 1,57) dan stasiun 2 (Hââ¬â¢= 1,55). Sedangkan nilai indeks Morisita semua spesies > 1. Selama pengamatan berhasil dikoleksi 1493 spesimen dari 5 jenis formicidae yaitu Oecophylla smaragdina, Odontomachus bauri, Monomorium minimum, Melophorus bagoti, dan Formica rufa. Spesies yang paling banyak ditemukan adalah Melophorus bagoti. dan yang paling sedikit adalah Formica rufa. Kesimpulan penelitian ini Indeks keanekaragaman formicidae lebih tinggi pada stasiun 1 dibandingkan dengan stasiun 2. Semua spesies formicidae memiliki pola distribusi mengelompok.References
Shavira, R. A. (2020). Analisis Struktur Dan Komposisi Vegetasi Di Wisata Alam Hutan Lindung Sesaot Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat Sebagai Sumber Belajar Biologi (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Malang).
Ayaturrahman. (2013). Taman Hutan Raya Sesaot. Mataram: KAPA ââ¬â SSC.
Abdurrahim, A. Y. (2015). Skema Hutan Kemasyarakatan (HKM) kolaboratif sebagai solusi penyelesaian konflik pengelolaan SDA di Hutan Sesaot, Lombok Barat. Sodality, Jurnal Sosiologi Pedesaan, 3(03), 91-100.
Schultz, T. R. (2000). In Search of Ant Ancestors. PNAS. 97(26), 14028-14029.
Arifin, I. (2014). Keanekaragaman Semut (Hymenoptera: Semut) pada Berbagai Subzona Hutan Pegunungan di Sepanjang Jalur Pendakian Cibodas, Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGGP). Bioma, 10(2), 1-10.
Yuniar, N., & Haneda, N. F. (2015). Keanekaragaman semut (Hymenoptera: Semut) pada empat tipe ekosistem yang berbeda di Jambi. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(7), 1584.
Wills, B. D., & Landis, D. A. (2018). The role of ants in north temperate grasslands: a review. Oecologia, 186(2), 323-338.
Eubanks, M. D., Lin, C., & Tarone, A. M. (2019). The role of ants in vertebrate carrion decomposition. Food Webs, 18, e00109.
Denmead, L. H., Darras, K., Clough, Y., Diaz, P., Grass, I., Hoffmann, M. P., & Tscharntke, T. (2017). The role of ants, birds and bats for ecosystem functions and yield in oil palm plantations. Ecology, 98(7), 1945-1956.
Widhiono, I., Pandhani, R. D., Darsono, D., Riwidiharso, E., Santoso, S., & Prayoga, L. (2017). Ant (Hymenoptera: Semut) diversity as bioindicator of agroecosystem health in northern slope of Mount Slamet, Central Java, Indonesia. Biodiversitas Journal of Biological Diversity, 18(4), 1475-1480.
Bolton, B. 1994. Identification Guide to the Ant Genera of the World. Harvard: Havard University Press.
Aditya, N. A. (2019). Keanekaragaman Semut (Hymenoptera: Semut) pada Ekosistem Kelapa Sawit yang Ditanami Legume Cover Crop (Lcc) Mucuna bracteata (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).
Hayes, J. J., & Castillo, O. (2017). A new approach for interpreting the Morisita index of aggregation through quadrat size. ISPRS International Journal of Geo-Information, 6(10), 296.
Penick, C. A., Diamond, S. E., Sanders, N. J., & Dunn, R. R. (2017). Beyond thermal limits: comprehensive metrics of performance identify key axes of thermal adaptation in ants. Functional Ecology, 31(5), 1091-1100.
Garciaââ¬ÂRobledo, C., Chuquillanqui, H., Kuprewicz, E. K., & Escobarââ¬ÂSarria, F. (2018). Lower thermal tolerance in nocturnal than in diurnal ants: a challenge for nocturnal ectotherms facing global warming. Ecological Entomology, 43(2), 162-167.
Bujan, J., Roeder, K. A., Yanoviak, S. P., & Kaspari, M. (2020). Seasonal plasticity of thermal tolerance in ants.
Alvarez-Blanco, P., Caut, S., Cerdá, X., & Angulo, E. (2017). Native predators living in invaded areas: responses of terrestrial amphibian species to an Argentine ant invasion. Oecologia, 185(1), 95-106.
Sarathchandra, R. L. R., Ukuwela, K. D., & Vandercone, R. P. (2020). Dietary ecology of common amphibian species in a seasonal location in northern Sri Lanka. Journal of Natural History, 54(27-28), 1797-1812.
Kwon, T. S., Lee, C. M., Park, J., Kim, S. S., Chun, J. H., & Sung, J. H. (2014). Prediction of abundance of ants due to climate warming in South Korea. Journal of Asia-Pacific Biodiversity, 7(2), e179-e196.
Siriyah, S. L. (2017). Keanekaragaman dan dominansi jenis semut (Formicidae) di hutan musim Taman Nasional Baluran Jawa Timur. Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, 1(2), 85-90.
Adhi, S. L., Hadi, M., & Tarwotjo, U. (2017). Keanekaragaman Dan Kelimpahan Semut Sebagai Predator Hama Tanaman Padi Di Lahan Sawah Organik Dan Anorganik Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten. Bioma: Berkala Ilmiah Biologi, 19(2), 125-135.
Arryanto, R., Anwari, M. S., & Prayogo, H. (2018). Keanekaragaman jenis semut (Formicidae) pada hutan mangrove desa Podorukun kecamatan seponti Kabupaten Kayong utara. Jurnal Hutan Lestari, 6(4), 904-910.
Mustika, A., Prayogo, H., & Anwari, M. S. Keanekaragaman Jenis Semut (Formicidae) Di Hutan Kota Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Jurnal Hutan Lestari, 7(1), 143-149.
Rosa, N., Dewantara, I., & Prayogo, H. Keanekaragaman Semut (Famili Formicidae) pada Lahan Gambut Di Lingkungan Gedung Baru Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak. Jurnal Hutan Lestari, 7(2), 723-732.
Herwina, H., Satria, R., & Yaherwandi, S. Y. (2018). Subterranean ant species diversity (Hymenoptera: Formicidae) in educational and biological research forest of universitas andalas, Indonesia. Indonesia Journal of Entomology and Zoology Study, 6(1), 1720-1724.
Moreira, X., Mooney, K. A., Zas, R., & Sampedro, L. (2012). Bottom-up effects of host-plant species diversity and top-down effects of ants interactively increase plant performance. Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences, 279(1746), 4464-4472.
Buczkowski, G., & Richmond, D. S. (2012). The effect of urbanization on ant abundance and diversity: a temporal examination of factors affecting biodiversity. PloS one, 7(8), e41729.
Smith, M. A., Hallwachs, W., & Janzen, D. H. (2014). Diversity and phylogenetic community structure of ants along a Costa Rican elevational gradient. Ecography, 37(8), 720-731.
Latumahina, F. Penyebaran Semut dalam Kawasan Hutan di Pulau Saparua, Propinsi Maluku. Jurnal Ilmu Kehutanan, 14(2), 154-166.
Trible, W., Olivos-Cisneros, L., McKenzie, S. K., Saragosti, J., Chang, N. C., Matthews, B. J., & Kronauer, D. J. (2017). Orco mutagenesis causes loss of antennal lobe glomeruli and impaired social behavior in ants. Cell, 170(4), 727-735.
Author Biographies
Moh. Liwa Ilhamdi, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mataram
Muhammad Syazali, Program Studi PGSD FKIP Universitas Mataram
License
The following terms apply to authors who publish in this journal:
1. Authors retain copyright and grant the journal first publication rights, with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License 4.0 International License (CC-BY License) that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and first publication in this journal.
2. Authors may enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., posting it to an institutional repository or publishing it in a book), acknowledging its initial publication in this journal.
3. Before and during the submission process, authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website), as this can lead to productive exchanges as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).